Martabak piring adalah salah satu makanan khas Indonesia yang sangat diminati oleh berbagai kalangan. Dengan tekstur yang renyah di luar dan lembut di dalam, serta berbagai pilihan isian yang menggoda selera, martabak piring menjadi camilan favorit saat santai maupun sebagai hidangan utama. Makanan ini memiliki sejarah panjang dan berbagai variasi yang berkembang di berbagai daerah di Indonesia. Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai pengertian, bahan, proses pembuatan, teknik penggorengan, variasi isian, perbedaan dengan martabak telor, tips pembuatan, cara penyajian menarik, sejarah, serta tempat terbaik menikmati martabak piring di Indonesia.
Pengertian dan Asal-Usul Makanan Martabak Piring
Martabak piring adalah jenis martabak yang berbentuk bulat pipih dan biasanya disajikan dalam ukuran yang cukup besar. Kata "piring" merujuk pada bentuk dan penyajiannya yang biasanya dihidangkan di atas piring besar, dengan tekstur yang lebih tipis dibandingkan martabak telur yang lebih tebal dan berlapis. Makanan ini berasal dari budaya masyarakat Melayu dan memiliki pengaruh dari kuliner India dan Timur Tengah yang masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan dan migrasi. Sejarahnya, martabak piring awalnya dikenal sebagai makanan jalanan sederhana yang dibuat dari adonan tepung dan diisi dengan berbagai bahan, kemudian digoreng hingga matang dan renyah. Seiring waktu, makanan ini berkembang menjadi berbagai variasi dan menjadi bagian dari kekayaan kuliner Indonesia yang khas dan beragam.
Asal-usulnya yang mencampurkan budaya dari berbagai daerah membuat martabak piring memiliki keunikan tersendiri. Di Indonesia, makanan ini sering ditemui di pinggir jalan, pasar tradisional, maupun restoran khas, dan menjadi simbol keanekaragaman kuliner nusantara. Meski namanya "martabak piring," makanan ini tidak memiliki hubungan langsung dengan martabak manis dari Timur Tengah, melainkan lebih dekat dengan martabak asin yang gurih dan renyah. Keberadaannya yang sudah lama dikenal dan terus berkembang menunjukkan bahwa martabak piring adalah bagian integral dari tradisi kuliner Indonesia yang terus beradaptasi dengan zaman.
Bahan-Bahan Utama yang Digunakan dalam Martabak Piring
Bahan utama dalam pembuatan martabak piring cukup sederhana dan mudah ditemukan di pasar tradisional maupun supermarket. Tepung terigu menjadi bahan dasar utama yang membentuk adonan dasar, memberikan tekstur renyah dan elastis. Air dan garam ditambahkan untuk mengatur kekentalan adonan serta memberi rasa. Beberapa resep juga menambahkan sedikit minyak agar tekstur adonan lebih lembut dan hasil akhirnya lebih gurih.
Selain bahan utama, bahan pelengkap seperti telur, bawang merah, bawang putih, dan daun bawang sering digunakan untuk menambah rasa dan aroma. Isian seperti daging cincang, udang, keju, atau sayuran juga menjadi variasi populer yang menambah kelezatan. Untuk topping, biasanya digunakan irisan bawang merah, cabai, dan saus sambal agar memberikan rasa pedas dan segar saat disantap. Bahan-bahan ini disusun secara berlapis sebelum digoreng agar hasilnya matang merata dan memiliki tekstur yang sempurna.
Dalam pembuatan martabak piring, penggunaan bahan berkualitas sangat penting untuk mendapatkan tekstur dan rasa yang optimal. Penggunaan tepung terigu protein sedang biasanya dianjurkan agar adonan tidak terlalu keras atau terlalu lembek. Bahan pelengkap dan isian dapat disesuaikan dengan selera dan ketersediaan bahan di daerah masing-masing, sehingga setiap daerah atau penjual memiliki ciri khas tersendiri dalam membuat martabak piring. Kombinasi bahan yang tepat akan menghasilkan martabak piring yang gurih, renyah, dan menggoda.
Proses Pembuatan Adonan Martabak Piring Secara Tradisional
Proses pembuatan adonan martabak piring secara tradisional dimulai dengan mencampurkan tepung terigu, garam, dan air dalam wadah besar. Adonan diuleni secara perlahan hingga mencapai konsistensi yang licin dan elastis. Pengulengan ini biasanya dilakukan selama beberapa menit agar gluten terbentuk dan adonan menjadi cukup kuat untuk dipanggang dan digoreng. Setelah itu, adonan didiamkan selama kurang lebih 15-30 menit agar teksturnya lebih baik dan proses fermentasi ringan terjadi, meskipun martabak piring umumnya tidak menggunakan ragi.
Setelah adonan cukup istirahat, adonan dibagi menjadi bagian-bagian kecil dan ditipiskan dengan menggunakan tangan atau alat penggiling tradisional. Biasanya, adonan dipipihkan hingga tipis dan berbentuk bulat pipih yang cukup besar. Pada tahap ini, penyiapan isian dan topping dilakukan secara bersamaan, sehingga setiap lembar adonan siap diisi dan dilapisi sebelum proses penggorengan. Proses ini membutuhkan ketelatenan dan keahlian agar adonan tidak sobek dan hasil akhirnya tetap renyah serta matang merata.
Dalam proses pembuatan adonan secara tradisional, kebanyakan penjual martabak piring menggunakan peralatan sederhana seperti penggilas kayu dan wajan datar dari tanah liat atau besi. Keberhasilan pembuatan bergantung pada pengalaman dan keahlian pembuat dalam mengatur ketebalan adonan serta teknik pengolahan. Selain itu, penggunaan bahan alami dan proses pengulengan manual menambah cita rasa khas yang sulit didapatkan dari proses industri modern.
Teknik Menggoreng Martabak Piring agar Renyah dan Matang Merata
Menggoreng martabak piring memerlukan teknik khusus agar hasilnya renyah di luar dan matang sempurna di dalam. Pertama, minyak harus cukup banyak dan dipanaskan dengan suhu sedang hingga tinggi agar adonan langsung bersentuhan dengan minyak panas dan menghasilkan tekstur renyah. Saat menggoreng, adonan yang telah diisi dan dilapisi harus dimasukkan ke dalam minyak secara hati-hati agar tidak sobek atau pecah.
Selama proses penggorengan, penting untuk membalik martabak secara perlahan agar kedua sisi matang merata dan tidak terlalu gosong. Penggunaan spatula atau sendok besar membantu dalam membalik dan mengatur posisi martabak. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, suhu minyak harus dipantau agar tetap stabil, tidak terlalu panas agar bagian dalam tidak mentah, dan tidak terlalu dingin sehingga hasilnya tidak renyah. Setelah matang, martabak diangkat dan ditiriskan di atas kertas minyak atau saringan agar minyak berlebih terserap.
Selain teknik penggorengan, waktu penggorengan yang tepat juga sangat penting. Biasanya, martabak perlu digoreng selama 3-5 menit di setiap sisi, tergantung ketebalan dan ukuran. Penggorengan secara merata dan konsisten akan memastikan tekstur yang optimal dan rasa gurih yang sempurna. Setelah matang, martabak piring harus didiamkan sebentar agar suhu stabil dan tekstur tetap renyah saat disajikan.
Variasi Isian yang Umum Digunakan dalam Martabak Piring
Martabak piring dikenal karena fleksibilitasnya dalam variasi isian yang dapat disesuaikan dengan selera. Isian paling umum meliputi daging cincang yang dimasak dengan bumbu rempah, bawang merah, dan bawang putih, memberikan rasa gurih dan aroma sedap. Beberapa penjual juga menambahkan keju, telur, atau sayuran seperti daun bawang dan kol untuk menambah tekstur dan rasa segar.
Selain daging, isian seafood seperti udang atau cumi-cumi juga populer, terutama di daerah pesisir. Untuk pilihan vegetarian, sayuran seperti jamur, wortel, dan kol bisa digunakan sebagai pengganti daging. Tidak jarang, martabak piring disajikan dengan tambahan sambal, acar, atau saus sambal untuk memberi rasa pedas dan segar yang melengkapi kelezatan isian.
Variasi isian ini memberi peluang bagi penjual dan pembeli untuk berkreasi sesuai dengan selera dan ketersediaan bahan. Beberapa daerah bahkan memiliki inovasi khas, seperti isian daging kambing, ayam, atau kombinasi keju dan sosis. Keberagaman ini menjadikan martabak piring bukan hanya sekadar makanan ringan, tetapi juga sebagai pengalaman kuliner yang penuh variasi dan cita rasa.
Perbedaan Antara Martabak Piring dan Martabak Telor
Walaupun keduanya bernama "martabak," martabak piring dan martabak telor memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari segi tekstur, bahan, dan cara penyajian. Martabak piring biasanya berukuran besar, pipih, dan renyah, dengan adonan yang tipis dan isian yang beragam sesuai selera. Sementara itu, martabak telor memiliki tekstur yang lebih tebal dan berlapis-lapis, mirip kue dengan lapisan telur dan daging di dalamnya.
Dari segi bahan, martabak telor menggunakan adonan yang lebih kaya dengan telur dan biasanya dilapisi dengan telur dadar saat proses memasak. Isian martabak telor umumnya berupa daging cincang, bawang, dan rempah, kemudian dilapisi dengan telur yang dikocok dan dimasak hingga matang. Sedangkan martabak piring lebih simpel, hanya terdiri dari adonan pipih dan isian yang digoreng langsung bersama adonan.
Perbedaan lainnya terletak pada tekstur dan penyajian. Martabak piring cenderung renyah dan tipis, cocok sebagai camilan atau makanan ringan, sementara martabak telor lebih lembut dan berisi, sering disajikan sebagai hid